Permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran matematika SMP adalah kebanyakan guru tidak mengawali pembelajaran dengan mengambil benda di sekitar sebagai media pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran di kelas kurang bermakna. Hal ini menipiskan minat belajar peserta didik. Dampak dari miskinnya kebermaknaan dan minat belajar terungkap dengan rendahnya prestasi belajar peserta didik. Lihat hasil Ujian Nasional Matematika, beberapa peserta didik nilainya di bawah standar bahkan mencapai angka 3,00.
Guru dituntut oleh peserta didik agar dapat menyampaikan materi pembelajaran secara jelas, bermakna dan bila perlu memanfaatkan media yang menjembatani proses pemerolehan materi pelajaran menjadi mudah dan mengalir sesuai dengan perkembangan mental mereka.
Ketika peserta didik sudah mulai mengenal multi media yang secanggih kemajuan teknologi informasi yaitu komputer berikut jaringannya maka menjadi keniscayaan bagi guru agar mau dan mampu memanfaatkan multi media dalam pembelajaran. Namun guru tidak melupakan bahwa proses belajar berlangsung secara mental. Sehingga harus dicermati penyajian pembelajaran sudahkah disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental peserta didik? Guru yang seperti itu yang akan mendapat sambutan hangat dari peserta didiknya.
Mengapa menyertakan lingkungan dalam pembelajaran? Blanchard dalam Materi Pelatihan Terintegrasi buku 2 menjelaskan sebuah hasil penelitian kognitif yang menunjukkan bahwa sekolah (yang pengajarannya dikelola secara tradisional) tidak membantu peserta didik dalam menerapkan pemahamannya terhadap bagaimana seseorang harus belajar dan bagaimana menerapkan sesuatu yang dipelajari pada situasi baru. Pembelajaran tradisional ini kemudian disebut sebagai pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang ‘kering’ karena tidak menyertakan lingkungan bahkan tidak pula memanfaatkan multi media yang sebenarnya telah tersedia baik di alam maupun pada media buatan.
Cara mengajar konvensional adalah cara mengajar yang banyak menggunakan metode ceramah. Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam pembelajaran.
Peserta didik dapat dikatakan pasif karena kegiatan yang dilakukan adalah duduk, mendengar dan mencatat. Selain itu, tidak mudah bagi guru untuk mengetahui secara langsung kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam belajar karena penyampaian materi yang searah. Kelebihan dari metode tradisional adalah guru lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan kegiatan yang seragam yaitu mendengarkan.
Tren pembelajaran yang terkini adalah pembelajaran kontekstual. Belajar secara kontekstual adalah belajar yang terjadi bila dihubungkan dengan pengalaman nyata sehari-hari atau belajar yang menyertakan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar.
Sesungguhnya manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio emosional dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa jauh peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses pembelajaran jelas merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Semula guru sebagai komunikator (menyampaikan pesan komunikasi) dan peserta didik sebagai komunikan (menerima pesan komunikasi). Kini dalam proses pembelajaran guru sebagai komunikator dan atau komunikan sementara peserta didik sebagai komunikan juga sebagai komunikator. Ini sesuai dengan prinsip komunikasi multi arah yaitu komunikasi terjadi antara guru dengan atau ke peserta didik, terjadi pula antara peserta didik dengan atau ke peserta didik lain, bahkan antara peserta didik dengan atau ke guru. Komunikasi demikian akan meninggikan kadar keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru dan peserta didik secara bergantian bisa menjadi komunikator, sehingga proses pembelajaran lebih variatif.
Untuk menghindari kesalahan komunikasi digunakan sarana untuk dapat membantu proses komunikasi yang disebut media. Dalam proses pembelajaran media yang digunakan disebut media pendidikan. Media adalah sarana yang dipakai untuk menyebarkan ide sehingga gagasan yang termuat dalam media tersebut tersampaikan secara utuh ke penerima. Di era teknologi informasi yang kian canggih, media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat sehingga meniadakan batas jarak, ruang dan waktu tertentu, teknologi informasi mampu membunuh jarak. Media adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan, di mana perantara merupakan jalan atau alat lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan komunikan.
Media pendidikan adalah media yang penggunaannya memperhatikan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya dituangkan dalam kurikulum. Briggs berujar, media pendidikan adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyampaikan pengajaran, mencakup buku, film, video, tape, slide dan sebagainya, serta suara guru.
Telah dimaklumi bahwa persentase kadar yang dapat diingat dari yang didengar sekitar seperlimanya, setengah dapat diingat dari yang dilihat, dan tiga perempatnya dapat diingat dari yang diperbuat, maka media pendidikan dapat berfungsi untuk membantu tercapainya kadar prestasi belajar peserta didik karena mampu menghadirkan audio-visual seperti yang diharapkan.
Ketika seseorang sedang berbicara maka ia akan bersuara, menggunakan gerak-gerik, ekspresi wajah, mungkin menggunakan pengeras suara dan gerakan-gerakan lainnya, maka orang tersebut sudah dapat dikelompokkan berkomunikasi menggunakan beberapa media atau multi media. Sementara komputer menggunakan media visual berupa gambar, foto, chart, grafik, diagram dan lainnya, audio berupa orang bicara, musik, suara alam gesekan dedaunan, air yang menetes di batu kali, burung berkicau, lenguh suara lembu, kucing mengeong dan lainnya, termasuk media lain yang diakses dari sumber yang amat jauh melaui internet. Pembelajaran yang menggunakan komputer dan perangkat jaringan lainnya itulah yang dimaksud dalam tulisan ini sebagai multi media.
Selanjutnya ditegaskan bahwa: media pendidikan adalah seperangkat software dan atau hardware yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Yang termasuk software misalnya: informasi dan cerita yang terdapat pada film informasi dan bahan pelajaran yang dikemas dalam slide, OHP dan CD. Sedangkan yang termasuk hardware adalah peralatan OHP, radio, tape recorder, televisi, video, slide, projector film dan Personal Computer (PC).
Mengapa banyak peserta didik tak jemu untuk berlama-lama di depan sebuah episode sinetron yang ditayangkan televisi? Juga betapa hebohnya daya gugah iklan di televisi? Hal itu disebabkan tayangan tersebut dikemas sebegitu canggih dan mempesona dengan memanfaatkan keunggulan multi media. Ini artinya terbuka peluang bagi pembelajaran matematika untuk dikemas dengan memanfaatkan multi media sehinga menjadi seindah tayangan televisi.
Andai sang guru biasa dan bisa menghemat energi dan menjaga stamina karena telah merancang materi pembelajaran dalam bentuk CD, maka guru mengajar dengan enjoy dan kreativitas yang tinggi mengalir seirama dengan pemahaman peserta didik Ini penghematan yang luar biasa dengan hasil belajar yang optimal.
Dalam pengajaran yang dibantu dengan multi media (Computer Assisted Instruction atau CAI) yang diselenggarakan di negerinya Sayling Wen, tingkat penguasaan materi yang dicapai peserta didik menjadi ukuran kecepatan kemajuannya. Setelah menguasai suatu materi maka dilanjutkan ke materi berikutnya, inilah yang disebut dengan tingkat kemajuan belajar berorientasi pada peserta didik. Bukan pada tercapainya target materi seperti dulu sering diintip kemudian jika perlu guru ditegur oleh pengawas sekolah.
Jika mengajar diartikan sebagai menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami peserta didik, bentuk sederhana yang dimaksud dapat dikemas dengan mudah ketika rancangan pembelajaran menyertakan lingkungan dan memanfaatkan multi media.
Pembelajaran merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan peserta didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri sendiri.
Andai pembelajaran telah menyertakan lingkungan dan memanfaatkan multi media, maka diharapkan akan meningkatkan minat belajar matematika peserta didik. Minat belajar yang dimiliki oleh peserta didik diasumsikan mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
Minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Bahan pelajaran, pendekatan ataupun metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat peserta didik menyebabkan prestasi belajar tidak optimal.
Tingginya minat belajar peserta didik dipengaruhi semangat belajar yang tinggi pula. Memahami pendekatan pembelajaran yang ditawarkan dalam buku Quantum Teaching dan Quantum Learning bahwa memberdayakan minat dan mengarahkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran beragam caranya yaitu secara visual, auditorial dan kinestetik. Hendaknya seorang guru piawai dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik dan menganjurkan agar peserta didik merayakan sekecil apapun prestasi atau kemajuan belajar yang dicapai.
Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan minat belajar matematika adalah kecenderungan dalam diri peserta didik berupa perasaan senang, perhatian, konsentrasi, kesadaran dan kemauan untuk mempelajari mata pelajaran matematika.
Menjadi tepat jika penyajian pembelajaran matematika memanfaatkan multi media dengan menyepakati sejumlah alasan berikut: hemat waktu di kelas, mudah menampilkan contoh bentuk geometri dalam matematika misalnya yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikemas lebih menarik perhatian karena bentuk dan warna bisa dimainkan sesuai kecenderungan bentuk dan warna yang disukai peserta didik sebagai remaja. Animasi sederhana atau atraktif akan membangkitkan minat belajar peserta didik dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya, dengan menggunakan re-teaching karena materi ajar telah tersaji dalam bentuk CD pembelajaran, sehingga menyederhanakan daya abstraksi yang harus dilakukan oleh peserta didik
Optimisme seorang guru sebagai anak bangsa ini senada dengan hasil studi kasus yang penulis lakukan di kelas 3F SMP Muhammadiyah 1 Kota Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2006/2007 tentang pembelajaran lingkaran yang menyertakan lingkungan dan memanfaatkan multi media berhasil dalam:
1. Menumbuhkan minat belajar, tercatat secara rerata dari seluruh siklus respon peserta didik yang mengungkapkan suasana kelas menyenangkan persentase respon mencapai 92,06%, dan grafiknya naik.
2. Minat yang tumbuh ini mengakibatkan prestasi belajar meningkat, tercatat rata-rata nilai pos tes dari seluruh siklus mencapai 6,85 dan grafiknya naik. Rata-rata ini lebih tinggi dari rata-rata sebelum pemberlakuan tindakan kelas yaitu 6,24. Ada kenaikan rata-rata nilai ulangan harian sebelum tindakan dengan rerata nilai pos tes sebesar 0,61. Tercatat pula secara rata-rata ketuntasan belajar mencapai 40,48% dan grafik dari siklus I ke siklus II naik, tetapi dari siklus II ke siklus III tetap hal ini dimungkinkan karena kompleksitas materi garis singgung persekutuan lebih tinggi ketimbang materi segi-n beraturan. Rata-rata ketuntasan belajar secara kalsikal ini lebih tinggi dibanding sebelum pemberlakuan tindakan kelas yaitu 23,81% berarti ada kenaikan persentase sebesar 16,67%.
Studi kasus ini merekomendasikan: Pembelajaran yang menyertakan lingkungan dan memanfaatkan multi media untuk diterapkan di kelas karena dapat mengantarkan peserta didik untuk belajar lebih bermakna (meaning full learning) dan belajar menjadi nyaman juga menyenangkan (joyfull learning). Suasana pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Agus Budi Hartono, S.Pd.*)
Guru Matematika SMP Muhammadiyah 1 Kota Surakarta
Ketua MGMP Matematika SMP Muhammadiyah Kota Surakarta
Pengurus MGMP Matematika SMP Kota Surakarta
Sumber:http://p4tkmatematika.org/2008/11/menyertakan-lingkungan-dan-memanfaatkan-multimedia-agar-minat-dan-prestasi-belajar-matematika-meningkat/
Posting Komentar