BOGOR, KOMPAS — Sudah bukan zamannya lagi bagi peneliti mengkaji suatu masalah atau fenomena dengan sekadar menargetkan menemukan faktor-faktor penyebab fenomena tersebut. Peneliti perlu melangkah lebih maju, yakni mendapatkan alternatif-alternatif solusi yang efektif untuk menyelesaikan masalah. Hal itu dikemukakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain sebelum membuka Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Limnologi Indonesia 2015 "Tantangan Terkini Perairan Darat di Wilayah Regional Tropis: Menyongsong World Conference 2016", Kamis (10/12), di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Iskandar mengharapkan hal itu juga dilakukan para peneliti limnologi atau ekosistem perairan darat. Peneliti tidak hanya memikirkan seberapa besar kontribusi pada perkembangan ilmu atau komunitas ilmiah, tetapi juga seberapa besar dampak bagi pemangku kepentingan, termasuk masyarakat luas. "Penelitian harus ditargetkan membawa perubahan atau setidaknya mendorong perubahan," ucap Iskandar. Terkait bidang limnologi, Iskandar menuturkan, kebutuhan air terus meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk dan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Air juga berkaitan erat dengan kebutuhan pangan dan energi. Pemanfaatan perairan darat untuk kebutuhan pangan dan energi harus menjamin terpenuhinya kebutuhan air untuk hidup. Karena itu, karakter perairan darat perlu dipahami agar pemanfaatan berkelanjutan. Ekosistem perairan darat berperan di berbagai sektor, antara lain menyediakan sumber pangan dan air minum yang aman dan bersih; kegiatan rekreasi, sosial, dan budaya; mengendalikan iklim dan siklus unsur hara; serta mengatur sistem hidrologi suatu kawasan. Karena itu, perairan darat komponen penting dari suatu daratan yang memengaruhi kehidupan manusia. Sementara itu, terjadi laju penurunan keanekaragaman dan potensi produktivitas hayati, erosi, sedimentasi, perubahan siklus hidrologi, dan penurunan kualitas lingkungan perairan. Itu semua karena kerusakan yang diakibatkan adanya perubahan lahan, pencemaran, dan introduksi ataupun dominasi spesies asing. Harus dicarikan solusi Iskandar mengatakan, masalah-masalah tersebut tidak cukup hanya diketahui, tetapi juga harus dicarikan solusi yang tepat berbasis ilmu pengetahuan. "Jangan hanya pemetaan masalah, tetapi juga kajian solusi restorasi ekosistem perairan darat," ujarnya. Selain itu, ia mencontohkan, kematian ikan massal di Danau Maninjau, Sumatera Barat, cenderung berhenti pada penjelasan bahwa penyebabnya adalah upwelling atau kenaikan arus bawah danau yang membawa limbah pakan ikan dan rumah tangga. Namun, peneliti belum mendalami kemungkinan mekanisme tersebut merupakan bentuk pencarian keseimbangan baru dari ekosistem Danau Maninjau akibat adanya berbagai tekanan, terutama tekanan dari aktivitas manusia. Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI serta Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia Tri Widiyantoro mengatakan, pertemuan ilmiah Kamis ini juga merupakan bentuk persiapan Indonesia menjadi tuan rumah World Lake Conference 2016 yang menurut rencana diselenggarakan di Bali. "Indonesia sangat kaya, memiliki lebih dari 800 danau dan ribuan sungai," ucap Tri. Dengan posisi tersebut, Indonesia diharapkan bisa memberi sumbangan pemikiran signifikan dalam konferensi. » Sumber : Kompas (cetak), 10 Desember 2015 http://u.lipi.go.id/1449814829

Posting Komentar

 
Top